20 March 2025, 10:05

Menyikapi Perbedaan Pendapat dengan Bijak

_MG_1227

Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang santri, menghadapi perbedaan pendapat baik di lingkungan pesantren maupun di masyarakat merupakan suatu kenyataan yang perlu disikapi dengan bijak. Islam mengajarkan kita untuk selalu menjaga akhlak dan adab dalam setiap situasi, termasuk ketika berbeda pandangan dengan orang lain.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.”
(QS. Al-Isra: 36)

Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa perbedaan pendapat seharusnya tidak membuat kita terjerumus dalam perselisihan yang merugikan, melainkan menjadi jalan untuk mencari kebenaran dengan ilmu dan kebijaksanaan.

Menghadapi Perbedaan dengan Sikap Positif

Sebagai santri, kita diajarkan untuk mendengarkan pendapat orang lain dengan hati yang terbuka. Bersikap rendah hati dan tidak merasa diri paling benar merupakan kunci utama dalam menghadapi perbedaan. Rasulullah SAW juga mencontohkan bagaimana beliau menyikapi perbedaan pendapat dengan tenang, penuh kasih sayang, dan tidak terburu-buru menghakimi.

Mencari Titik Temu yang Menguatkan

Dalam menghadapi perbedaan, hendaknya kita mencari titik temu yang dapat menguatkan ukhuwah (persaudaraan) dan menghindari perpecahan. Bukan berarti mengorbankan prinsip yang benar, tetapi bagaimana menyampaikan kebenaran dengan cara yang baik dan dapat diterima oleh semua pihak.

Berdiskusi dengan Adab yang Baik

Ketika berdiskusi atau berdebat, hendaknya kita memperhatikan adab-adab yang diajarkan dalam Islam. Tidak mengeluarkan kata-kata kasar, tidak meninggikan suara, serta tidak menyakiti hati orang lain. Berdiskusi dengan tujuan untuk mencari kebenaran, bukan untuk memenangkan argumen semata.

Menghargai Perbedaan sebagai Rahmat

Islam mengakui adanya perbedaan pendapat dalam berbagai masalah, khususnya dalam masalah furu’iyyah (cabang agama). Para ulama pun seringkali berbeda pandangan dalam hal-hal tertentu, tetapi tetap menghormati satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk tetap bersatu, melainkan sebagai rahmat yang memberikan ruang bagi umat Islam untuk saling belajar dan memahami.

Topik Berita :